7 Mitos & Fakta Obat Pemicu Kehamilan

Jakarta - Jika kehamilan secara alami tidak diperoleh, obat-obat pemicu kehamilan biasanya digunakan untuk memperbaiki lingkungan di sekitar ovarium agar ovulasi terjadi. Terkait obat-obatan pemicu kehamilan ada mitos dan fakta yang perlu Anda ketahui.

Berikut ini beberapa mitos dan fakta obat pemicu kehamilan seperti dikutip dari buku 'Making A Baby' karya Debra Fulghum Bruce, Ph.D, Samuel Thatcher, M.D. Ph.D, dan Britt Berg, M.S:

1. Menimbulkan Kanker

Mitos: Obat-obatan kesuburan berisiko karena memiliki efek samping dapat menimbulkan kanker.

Fakta: Kanker ovarium relatif umum terjadi. Dan pada kenyataannya beberapa wanita bisa mengembangkan kanker ovarium kendati dirinya tidak mengonsumsi obat kesuburan.

Selama 30 tahun obat kesuburan telah digunakan secara aman, dan beberapa di antaranya berhasil mendukung kehamilan. Tentu saja obat ini harus diberikan dalam pengawasan dokter. American Society of Reproductive Medicine beberapa waktu lalu dengan tegas menolak adanya hubungan obat kesuburan dengan kanker ovarium.

2. Menyebabkan Cacat Lahir

Mitos: Obat kesuburan dapat menyebabkan cacat lahir pada bayi.

Fakta: Dalam beberapa penelitian, klaim semacam itu tidak pernah dibenarkan. Bukti yang ada menjelaskan bahwa terapi kesuburan apapun tidak berhubungan dengan meningkatnya kejadian cacat lahir.

Meski begitu memang angka rata-rata keguguran terjadi sedikit peningkatan setelah menggunakan obat perangsnag kesuburan. Risiko keguguran ini meningkat jika Anda berovulasi di akhir siklus. Perempuan dengan sindrom ovarium polikistik ditengarai memiliki risiko keguguran yang lebih tinggi.

3. Memiliki Kehamilan Kembar

Mitos: Obat kesuburan menjamin seorang perempuan memiliki kehamilan kembar.

Fakta: 2-10 Persen kemungkinan mendapat kehamilan kembar dua terjadi dengan pengobatan clomiphene. Sedangkan jika pengobatan dilakukan dengan suntikan gonadotropin, kemungkinan mendapatkan bayi kembar dua 20-25 persen dan kemungkinan mendapatkan bayi kembar tiga sekitar 5 persen.

4. Berbahaya

Mitos: Obat kesuburan berbahaya.

Fakta: Clomiphene jarang menyebabkan terbentuknya kista dan secara virtual tidak pernah menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovarium. Di kebanyakan kasus kista yang menimbulkan rasa nyeri, biasanya terjadi di bulan kedua pemberian clomiphene dan melibatkan rangsangan terhadap kista yang memang sudah ada sebelumnya.

Karena itu sebelum memulai pengobatan dengan clomiphene, harus ada pemeriksaan terlebih dahulu. Obat-obatan yang disuntikkan dapat menyebabkan pembentukan kista, namun sulit ditentukan siapa yang bisa mengalami masalah ini. Jadi bila Anda mengonsumsi obat kesuburan lalu terjadi pertambahan berat badan secara drastis atau timbul nyeri, segera konsultasikan pada dokter.

5. Mahal

Mitos: Obat kesuburan luar biasa mahal

Fakta: Tergantung pada obat apa yang dikonsumsi, namun bisa jadi hal ini benar. Saat buku 'Making A Baby'dicetak tahun 2000, disebutkan clomiphene yang banyak diresepkan harganya sekitar 30-150 setiap siklus. Sedangkan obat yang disuntikkan biayanya 500-2.000 dollar setiap siklus dengan rata-rata keberhasilan 10-40 persen.

6. Semakin Banyak Semakin Baik

Mitos: Semakin banyak mengonsumsi clomiphene maka semakin baik hasilnya.

Fakta: Setelah seseorang berovulasi, meningkatkan dosis clomiphene tidak akan memperbesar peluang kehamilan. Umumnya kehamilan terjadi di 3 siklus pertama. Biasanya tidak ada alasan memakai clomiphene di lebih dari 6 siklus.

7. Pakai Pil Kontrasepsi di Masa Lalu Bikin Sulit Hamil

Mitos: Pemakaian pil kontrasepsi di masa lalu untuk menunda kehamilan dapat mengurangi peluang untuk hamil.

Fakta: Ketidaksuburan atau masalah ovulasi tidak ada hubungannya dengan pemakaian pil kontrasepsi di masa lalu. Namun faktanya pil ini dapat melindungi perempuan dari berbagai masalah seperti mengurangi kejadian PMS, kanker ovarium, fibroid pada rahim, dan kista ovarium.