KOMPAS.com - Ibu hamil, maupun perempuan yang sedang merencanakan kehamilan, biasanya disarankan untuk mengonsumsi asam folat. Entah itu dalam bentuk susu yang mengandung asam folat, suplemen asam folat, maupun folat yang dalam bentuk bahan makanan alami. Sebenarnya, apa sih beda antara folat dan asam folat? Benarkah konsumsi asam folat secara rutin bisa meningkatkan risiko kanker? Apa pula yang dimaksud dengan asam folat sintetis?
Folat dan asam folat sama-sama bagian dari vitamin B, yang penting bagi pertumbuhan sel dan metabolisme tubuh. Bedanya, asam folat adalah vitamin sintetis dari folat. Keduanya diperlukan untuk memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia.
Folat banyak ditemukan pada sayuran berwarna hijau seperti bayam, brokoli, terung, kacang-kacangan, dan buah-buahan seperti alpukat dan buah kiwi. Sedangkan asam folat biasanya tersedia dalam bentuk suplemen atau tergabung dalam multivitamin buatan lainnya.
Kebutuhan kita akan folat dan asam folat meningkat pada masa awal kehamilan. Penelitian membuktikan, konsumsi suplemen asam folat pada kehamilan dapat mencegah terjadinya cacat saraf (neural tube defect - NTD) pada janin.
Penelitian seputar efek asam folat dan kanker menimbulkan kontroversi. Ada yang mengatakan, asam folat bisa menurunkan risiko kanker. Di lain pihak, disebutkan asam folat justru meningkatkan risikonya, bila dikonsumsi dalam dosis besar. Riset seputar pendapat terakhir ini masih berlanjut. Dan, ada baiknya kita mengonsumsi asam folat hanya pada saat sedang butuh. Misalnya, sewaktu hamil atau mengalami anemia.
Narasumber: Dr Alyya Siddiqa, SpFK, dokter spesialis farmakologi klinik dan dosen di departemen Farmakologi FKUPN "Veteran" Jakarta.